Jepang kembali diguncang gempa yang cukup besar pada Kamis (8/8/2024) lalu, di mana kali ini gempa mengguncang Laut Hyūganada, Prefektur Miyazaki di Pulau Kyushu dengan magnitudo 6,9 yang diikuti oleh gempa berkekuatan 7,1 skala Richter (SR).
Bahkan, Badan meteorologi setempat sempat memperingatkan adanya tsunami yang melanda wilayah pesisir.
“Tsunami setinggi satu meter diperkirakan akan tiba atau telah tiba di beberapa wilayah pesisir di Kepulauan Kyushu dan Shikoku,” kata penyiar NHK, Kamis (8/8/2024).
Di sepanjang tahun ini saja, Jepang terpantau sudah diguncang dua kali gempa yang cukup besar dengan skala sekitar 7 SR. Pertama yakni pada 1 Januari lalu, di mana gempa dengan kekuatan 7,6 SR mengguncang Prefektur Ishikawa, tepatnya di sekitar Semenanjung Noto.
Jepang memang dikenal sebagai negara yang sering diguncang gempa bumi. Mengutip dari situs United States Geological Survey (USGS), di Jepang sering terjadi gempa karena Jepang berada di wilayah seismik yang sangat aktif dan memiliki jaringan seismik terpadat di dunia.
Jepang terletak di sepanjang Pacific Ring of Fire atau Cincin Api Pasifik yang merupakan wilayah cincin dengan gempa paling aktif di dunia. Cincin Api Pasifik tersebut memiliki panjang 40 ribu km yang didiami sekitar 450 gunung berapi.
Setidaknya dalam kurun waktu 30 tahun terakhir, sudah ada beberapa kali Jepang dilanda gempa yang cukup besar, di mana gempa yang menjadi paling kelam terjadi di Tohoku pada 2011 lalu.
Gempa berkekuatan 9,1 SR ini menelan korban jiwa cukup banyak sepanjang sejarah Jepang modern yakni hingga 19.786 dan hampir meluluhlantahkan seluruh pesisir timur Jepang dari Fukushima hingga Iwate.
Berikut daftar gempa di Jepang yang kekuatannya berada di atas 7 SR dalam 30 tahun terakhir.
Daftar Gempa Besar Jepang Lebih Dari 7 SR 30 Tahun Terakhir
Ada Potensi Jepang dilanda ‘Megaquake’ di Masa Depan
Pasca gempa yang terjadi di Prefektur Miyazaki, para ilmuwan gempa bumi Jepang mengatakan negara itu harus bersiap menghadapi kemungkinan “megaquake” suatu hari nanti yang dapat menewaskan ratusan ribu orang, meskipun mereka menekankan peringatan itu tidak berarti gempa besar akan segera terjadi.
Hal ini terjadi setelah Badan Meteorologi Jepang atau JMA mengeluarkan peringatan potensi gempa besar Megaquake Palung Nankai untuk pertama kalinya. Peringatan ini dirilis sehari setelah gempa magnitudo 7,1 mengguncang Prefektur Miyazaki pada Kamis lalu. Ini menjadi pertama kalinya JMA mengeluarkan peringatan ‘megaquakke’ sejak gempa dahsyat Jepang 2011 silam.
JMA memperingatkan bahwa jika gempa ‘megaquake’ terjadi di masa mendatang, guncangan kuat dan tsunami besar akan terjadi, bahkan mungkin lebih besar dari 2011 silam atau gempa-gempa besar Jepang sebelum tahun 2000-an.
“Kemungkinan gempa besar baru lebih tinggi dari biasanya, tetapi ini bukan indikasi bahwa gempa besar pasti akan terjadi selama periode waktu tertentu,” kata JMA, dikutip dari CNA.
Peringatan tersebut menyangkut “zona subduksi” Palung Nankai di antara dua lempeng tektonik di Samudra Pasifik, tempat gempa besar pernah terjadi di masa lalu.
JMA juga mengatakan bahwa peluang terjadinya gempa bumi yang lebih besar setelah gempa berkekuatan 7,1 SR hanya terjadi sekali dalam beberapa ratus kasus, relatif lebih tinggi dari waktu-waktu normal. Bahkan, gempa bumi dengan skala Richter lebih besar dari 8 skala Richter dianggap sebagai gempa besar.
Jepang memperkirakan gempa besar Palung Nankai berikutnya bisa berkekuatan 9,1 skala Richter, mirip-mirip yang pernah terjadi di pesisir Tohoku pada 2011 silam.
Menurut Profesor Universitas Tokyo, Naoshi Hirata, yang mengepalai panel tersebut, mengatakan dalam sebuah konferensi pers bahwa penduduk di daerah yang akan dilanda bencana seperti itu harus meninjau kembali prosedur evakuasi dan tetap waspada selama seminggu kedepan.
Apa itu Palung Nankai? Mengapa Penting Saat Gempa Terjadi
Palung Nankai berada di lepas pantai Pasifik barat daya dan membentang sejauh kurang lebih 900 km (600 mil), tempat Lempeng Laut Filipina menunjam di bawah Lempeng Eurasia dan ketegangan tektonik yang terakumulasi dapat mengakibatkan gempa besar kira-kira sekali dalam kurun waktu 100 hingga 150 tahun.
Pemerintah Jepang sebelumnya telah meramalkan peluang sebesar 70-80% terjadinya gempa bumi berkekuatan 8 hingga 9 skala Richter di sepanjang Palung dalam 30 tahun ke depan.
Menurut Survei Geologi Amerika Serikat (AS), besarnya gempa bumi terkait dengan panjang patahan tempat terjadinya gempa. Gempa bumi terbesar yang pernah tercatat adalah berkekuatan 9,5 skala Richter pada tanggal 22 Mei 1960 di Chile pada patahan yang panjangnya hampir 1.600 km (1.000 mil).
Jika gempa besar terjadi di sekitar palung ini, maka dapat mengakibatkan getaran terukur maksimum di wilayah dari pusat Shizuoka, sekitar 150 km (93 mil) di selatan ibu kota Tokyo, hingga Miyazaki di barat daya.
Gempa besar ini juga disertai gelombang tsunami setinggi 30 meter, yang dapat mencapai pantai Pasifik Jepang dalam beberapa menit setelah gempa, tergantung pada episentrum dan situasi pasang surut.
Ditambah dengan tanah longsor dan kebakaran, bencana tersebut diperkirakan akan merenggut nyawa sebanyak 323.000 orang dan menghancurkan 2,38 juta bangunan, yang memaksa hampir 10 juta korban untuk mengungsi.
Kerugian ekonomi dapat mencapai 220 triliun yen atau lebih dari sepertiga produk domestik bruto (PDB) tahunan Jepang, dengan dampak jangka panjang pada infrastruktur dan rantai pasokan untuk pusat industri pesisir yang memproduksi mobil dan produk utama Jepang lainnya.
Sepanjang sejarah, gempa bumi Palung Nankai telah tercatat beberapa kali sejak tahun 684, sering kali disertai dengan tsunami yang menghantam desa-desa pesisir.
Terakhir kali gempa besar melanda sekitar Palung Nankai terjadi pada tahun 1946, ketika gempa berkekuatan 8 SR dan gelombang tsunami setinggi 6,9 meter menewaskan 1.330 orang.