
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus menggenjot percepatan hilirisasi industri guna meningkatkan nilai tambah sumber daya alam dan mempercepat transisi energi.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE), Eniya Listiani Dewi, menegaskan bahwa pertumbuhan industri hilirisasi harus menjadi fokus utama agar produk dalam negeri dapat bersaing di pasar global.
“Pertumbuhan industri di hilirisasi harus kita tekankan, kalau industri sendiri bersaing dengan produk global memerlukan renewable di mana akan sangat kompetitif, dari sini akan ada upaya dari masing-masing industri yang punya produk bernilai di global,” ujar Eniya dalam acara CNBC Indonesia ESG Sustainability Forum 2025, Jumat (31/1/2025).
Menurut Eniya, meskipun langkah-langkah ini dilakukan secara bertahap, RI harus memanfaatkan sumber daya yang ada untuk menghasilkan nilai tambah yang lebih tinggi bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Eniya menyadari untuk mendukung transisi energi dan pengembangan energi baru terbarukan (EBT) memerlukan investasi yang cukup besar. Oleh sebab itu, guna mempercepat realisasi investasi tersebut, diperlukan berbagai upaya deregulasi.
“Misalnya EBT itu yang membuat delay investasi adalah perlakuan local content dengan adanya permen local content tetap kita dorong. Jadi sekarang sudah membuka ruang untuk menghadirkan jasa kita sebagai misalnya tukang konstruksi, feasibility study, itu sebagai local content. Jadi menghargai jasa. Ini sudah diterapkan,” kata dia.