PT PLN Energi Primer Indonesia (EPI), salah satu Subholding PT PLN (Persero) mengungkapkan bahwa perusahaan berhasil memastikan ketersediaan bahan baku untuk pembangkit milik PLN selama 2 tahun berturut-turut. Misalnya, batu bara, gas hingga biomassa.
“Alhamdulillah selama 2 tahun ini kita jalankan organisasi ini, alhamdulillah di PT PLN Persero itu tidak ada pembangkit yang mati karena tidak adanya energi primer. Misalnya, karena tidak ada batu bara, kemudian pembangkit mati, tidak ada,” jelasnya Direktur Utama PLN EPI, Iwan Agung Firstantara kepada CNBC Indonesia dalam program Energy Corner, dikutip Kamis (19/12/2024).
PLN EPI juga dikatakan terus mencapai target yang sudah ditetapkan oleh perusahaan. Sehingga Key Performance Indicator (KPI) perusahaan terus berada di level ‘hijau’.
“Kita bersyukur ya bahwasanya pada 2023 maupun 2024, KPI-KPI yang kita capai itu semuanya hijau. Jadi KPI itu berasal dari pemegang saham, pemegang saham PLN itu berasal dari kementerian ya, baik itu BUMN, Kementerian Keuangan maupun ESDM. Nah, KPI semua hijau berarti target-target dari perusahaan kita itu tercapai semuanya,” imbuhnya.
Salah satu target yang berhasil dicapai oleh perusahaan, lanjut Iwan, adalah perencanaan perihal penggunaan gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) untuk tahun 2024 sebesar 84 kargo yang tidak meleset dari prediksi perusahaan.
“Jadi, kita sudah merencanakan pada awal 2023, akhir tahun yang lalu untuk 2024 ini, dan alhamdulillah sekarang realisasinya terealisasi match dengan perencanaan kita. Misalnya, LNG kita rencanakan 84 kargo. Sekarang kita supply 84 kargo, persis sama,” tambahnya.
Hal yang sama juga seperti perencanaan ketersediaan batu bara untuk konsumsi batu bara oleh perseroan diprediksi untuk tahun 2024 ini sebesar 80 juta ton dan saat ini sudah terealisasi lebih dari 70 juta ton.
“Kemudian, Batubara, kita rencanakan 80 juta ton. Itu sudah ada dengan buffer 10-15 persen tidak ter-deliver, itu sudah kita rencanakan. Dan ini sekarang tercapai, sekitar 70 juta ton lebih,” kata dia.
Sedangkan untuk biomassa, sambung Iwan, pihaknya berhasil meningkatkan konsumsi mencapai 60% lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi biomassa tahun 2023 lalu.
“Nah, kemudian begitu juga untuk Biomassa, kita mencapai 1,6 juta ton. Dan ini 60 persen lebih tinggi dari tahun 2023,” paparnya.